Isnin, 28 Oktober 2024

IMAM GHAZALI (7)

 بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


IMAM GHAZALI TEMUI MUTIARA YANG TIADA TERNILAI HARGANYA.


Berkata Imam Ghazali di dalam Kitab Munqiz Ala-Adh Dholal:

"Selama waktu berkhilwah itu terbukalah bagiku rahsia yang tak terhitung jumlahnya, tak mungkin diistiqsa (membahas sesuatu sejauh-jauhnya dan sedalam-dalamnya). Yang 
kukatakan untuk mengambil manfaatnya – ialah aku benar2 yaqin, kaum  Sufi (Ahli Ma'rifat @ Shaikh Mursyid )  itulah yang benar2 telah menempuh jalan yang dikehendaki Allah Ta’ala.  Merekalah  golongan yang paling utama cara2 hidupnya, paling tepat tindak laku- nya dan paling tinggi budi pekertinya. 


Bahkan andaikata aqal para uqala, hikmah para hukama, dan ilmu para ulama yang tahu rahsia syara’,  semua itu dihimpun untuk menciptakan suatu cara yang lebih utama dari cara Ahli Sufi itu, tiada akan memberi hasil;  sebab segala gerak-geri mereka (ahli Sufi) baik zahir mahu pun batin, diterangi cahaya Kenabian. 

Di dunia tiada cahaya yang lebih terang darinya. Pendeknya, apakah yang dikatakan orang tentang suatu di jalan yang dimulai – sebagai syarat pertama – dengan membersihkan hati, mengosongkannya sama sekali dari segala suatu selain Allah Ta’ala?  Sedang kunci pembuka pintunya laksana takbiratul ihram bagi solat ialah istighraq hati dengan zikir kepada Allah.  Akhirnya sama sekali fana’ pada Allah Ta’ala ;  keadaan fana’ ini penutup bagi taraf pertama, yang hampir masih di dalam batas ikhtiar dan kasab. Padahal ini sebenarnya merupakan permulaan toriqat sedang yang sebelumnya itu hanyalah merupakan dihliz (kecil) menunjuk kepadanya.

Dari awal Toriqat ini mulailah peristiwa2 mukasyafah dan musyahadah hingga akhirnya dalam keadaan  jaga mereka dapat melihat Malaikat dan arwah para Nabi, mendengar suara mereka dan mendapat pelajaran dari mereka. Dari tingkat ini  naik pula ke beberapa tingkatan yang meninggi jauh di atas ukuran kata2.  Tiap usaha untuk melukiskannya dengan kata2 tentulah akan sia2, sebab setiap kata yang dipakai pastilah mengandung salah faham yang tak mungkin menghindarkannya.

Akhirnya sampailah ia ke darjat yang begitu dekat kepada-Nya, hingga ada orang yang hampir mengiranya “hulul”  atau “ittihad” atau “wusul”  semua kiraan itu salah dan ini telah kami terangkan dalam karangan kami Al-Maqsidul Aqsa (Tujuan Terakhir).   Barangsiapa mengalaminya hanya akan dapat mengatakan bahawa itu suatu hal yang tak dapat diterangkan, indah, baik, utama, dan janganlah lagi bertanya.

Pendeknya barangsiapa yang belum dikurnia Tuhan mengalaminya belumlah ia mengenal haqiqat Kenabian.  Lebih dari namanya belaka. Sebenarnya karomah Auliya adalah bidayah Anbiya’  yang demikian itu adalah hal Rasulullah  
  ketika khilwah di bukit Hira’  hingga orang2 Arab berkata Muhammad jatuh cinta kepada Tuhannya. Hal ini dapat difaham dengan “zauq” oleh orang yang melalui jalannya. 

Adapun orang yang belum mengalaminya pun dapat juga memahami sekadarnya dengan sering bergaul dengan Kaum Ahli Sufi itu atau dengan membaca huraian2 seperti yang ada pada karangan kami, “Ajaaibul Qalb” (keajaiban Hati) iaitu sebahagian dari Kitab kami Ihya Ulumuddin.  Mencapai suatu pengertian dengan alasan dan bukti keterangan adalah ilmu namanya ;  mengalaminya bernama “zauq”  ;  dan menerimanya kerana yaqin (dengan penglihatan matahati - pent) adalah  Iman. Jadi adalah tiga darjat:

Firman Allah:

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ۬‌ۚ

"....supaya Allah meninggikan darjat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari kalangan kamu) beberapa darjat ...."

[Al Mujadalah (58) : Ayat 11]

Di luar mereka adalah orang2 jahil menolak semua itu dari dasarnya dan merasa hairan mendengar kisahnya. Mendengar sambil mengejek dan menganggapnya sebagai omong kosong.  Tentang mereka itu Allah Taala berfirman:

وَمِنۡہُم مَّن يَسۡتَمِعُ إِلَيۡكَ حَتَّىٰٓ إِذَا خَرَجُواْ مِنۡ عِندِكَ قَالُواْ لِلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مَاذَا قَالَ ءَانِفًا‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ طَبَعَ ٱللَّهُ عَل َىٰ قُلُوبِہِمۡ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُمۡ 

"Dan di antara mereka yang mendengar ajaranmu (dengan sambil lewa), sehingga apabila mereka keluar dari sisimu berkatalah mereka (secara mengejek-ejek) kepada orang-orang yang diberi ilmu ; Apa yang dikatakan oleh Muhammad tadi? Mereka itu ialah orang-orang yang telah dimeteraikan Allah atas hati mereka dan ialah orang-orang yang menurut hawa nafsunya.

[Muhammad (47) : Ayat 16]


أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمۡ وَأَعۡمَىٰٓ أَبۡصَـٰرَهُمۡ

(Orang-orang yang melakukan perkara yang tersebut) merekalah yang dilaknat oleh Allah serta ditulikan pendengaran mereka dan dibutakan penglihatannya 

[Muhammad (47) : Ayat 23]

[Munqiz Ala-Adh Dholal]




SUMBER:

SIRI RENCANA PILIHAN : IMAM GHAZALI - Siri 7

Susunan
Shaikh Sayyid Abu Tohir
Mursyid Silsilah Naqsyabandiah Al-Kholidiyyah 





     Nur Qalbi

🍀🌹🌹🌹🍀

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Haqiqat La-Ilaha Illallah

  بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Ringkasan Syarahan Kitab Sirrul Asrar ...